Penyakit Lama "Book Shaming", Kenali Ciri Pelakunya
Pengertian Book Shaming
Book Shaming adalah istilah yang baru-baru ini aku tahu melalui penulis
hebat Fiersa Besari dan juga cuitan Instagram Patjarmerah_id yang kerap mengampanyekan
“Stop Book Shaming”. Book Shaming sendiri adalah kondisi
dimana seseorang menyudutkan orang lain atas apa yang menjadi selera atau pilihan bacaan
favorit mereka. Biasanya mereka yang kerap melakukan Book Shaming bertindak seakan apa yang ia baca menjadi pilihan yang
paling benar, dan sangat sulit bagi mereka untuk menerima fakta bahwa orang lain
memiliki selera bacaan yang berbeda dengan mereka. Tindakan dari Book Shaming itu sendiri berakibat fatal
bagi mereka para korban. Mengapa demikian, karena mereka para korban tidak bisa
merasakan kemerdekaan terhadap apa yang mereka baca, terhadap apa yang mereka
pilih dan gemari. Bahkan mereka bisa menjadi minder membaca didepan umum, atau
mungkin harus mengganti sampul buku mereka alih-alih agar orang lain tidak tahu
apa yang sedang mereka baca. Hal yang paling buruk ialah membuat orang lain
berhenti membaca buku karena menerima perlakuan Book Shaming.
Korban Book Shaming
Mengapa aku bisa mengatakan korban bisa saja berhenti membaca karena Book
Shaming, karena aku adalah salah satu diantara mereka yang menjadi korban atas
tindakan tersebut. Kondisi tersudutkan yang mendatangkan perasaan malu dan akhirnya
membenarkan apa yang dikatakan si pelaku, meninggalkan kepercayaan diri dan akhirnya
melepaskan sebuah hobi sendiri. Kembali mengupas masa lalu, dulu aku adalah
anak kecil yang gemar membaca majalah anak seperti BOBO, INA, INO dan lain semacamnya. Kegemaranku itu dimulai sejak
aku SD seingatku ketika kelas 3 SD berlanjut sampai dengan SMP (kelasnya aku
lupa karena lama sekali). Pada masa itu setiap minggu sudah kewajiban untuk selalu
membeli majalah tersebut, karena memang seasyik itu membacanya. Bahasa yang mereka
pakai benar-benar sangat mudah dipahami karena memang sasaran pembaca mereka
adalah anak-anak. Mereka mampu membangkitkan pikiran imajinatif aku mengenai
cerita Nirmala, Paman Gembul, Bona & Rong-Rong dan lainnya. Dan terdapat konten Teka-Teki Silang didalamnya yang aku gemari, yah walaupun tidak pernah tuntas mengerjakannya. Pokoknya pikiran
positif melulu karena membaca itu semua. Ternyata hobi itu benar-benar berlanjut
sampai dengan SMP yang sebenarnya aku merasa normal-normal saja karena masih membaca
majalah itu. Tapi akhirnya hobi itu aku tinggalkan karena mendengar perkataan yang agak
nyentil perasaanku tempo dulu.
“Eh kamu nggak malu baca majalah anak terus, inget umur coba ganti selera bacaanmu. Tuh coba baca majalah lain…..” dan bla bla bla
Wah mendengar itu aku yang masih
anak SMP terus mikir donk, “Eh masak iya apa yang aku baca ini salah, aku
normal kan?!”, terus aku bergelut dengan pikiran ku sendiri terus mencari
pembenaran dan akhirnya aku tidak mendapatkannya, keputusan terakhir membawaku
kepada keputusan berhenti membaca majalah tersebut. Tidak hanya sebatas itu
pengalamanku, berbekal pengalaman dicibir karena selera bacaan membuatku terus
hati-hati membaca didepan umum. Dulu aku juga sempat menjadi pembaca buku “Kudeta
Sang Marabunta”, sebuah novel bergenre action
namun ada sentuhan religius, dan "Detective Conan" novel yang membuat otak ku mikir keras. Tapi hobi itu aku jalani secara diam-diam. Aku menjadi
orang yang akhirnya menghabiskan waktu dikamar untuk melahap buku-buku itu. Hal terparah adalah ketika ditanya rekomendasi buku aku tidak bisa jujur mengatakannya, yah
karena takut diremehkan, takut dicibir, takut apa yang menjadi kesukaanku ternyata dipandang aneh oleh orang lain, hanya karena sebuah umur.
Ciri –Ciri Pelaku Book Shaming
Setelah berbagi kisah ku pada tempo dulu, kurang asyik rasanya bila tidak
memberikan ciri-ciri apabila kalian telah melakukan Book Shaming. Karena bisa jadi dikehidupan sehari-hari kita justru kerap melakukan hal
itu karena ketidak tahuan kita. Setelah mengetahui ini jangan sampai sembunyi beralasan tidak tahu dan terus melakukan Book Shaming. Ada tiga poin yang menjadi ciri-ciri kalian
melakukan Book Shaming, yaitu:
1. Memandang rendah genre buku
lain yang tidak masuk dalam kamus hidup mu
Misalkan si A menyukai buku
dengan genre Romance
Lalu si B menyukai buku berbau
Politik, Saintis dan Kesehatan
Kemudia si B mengejek si A karena
pilihan bacaannya yang terlalu melow
“Yaelah masih aja lu baca novel romantis, nggak ada gunanya”
Kalimat ejekan diatas hanya
beberapa contoh dari Book Shaming,
aku rasa banyak diantara kita tanpa sengaja ataupun dengan sengaja mengatakan
hal tersebut. Dengan merendahkan bacaan orang lain lalu menghinanya itu ternyata
bagian dari Book Shaming. Tanpa disadari
kita berubah mendewakan satu genre buku, menganggap buku genre lain adalah
kelas bawah.
Bagaimana baru no. 1 nih semoga
kalian belum merasa menjadi pelaku Book
Shaming. Kita lanjutkan!
2. Membandingkan Karya Penulis
Ada anggapan bahwa karya
pendahulu itu makna nya lebih baik ketimbang karya penulis zaman sekarang. Dibuat
lebih pakai hati perasaan yang tulus seperti PAC*** :D lebih berkualitas lah
pokoknya. Nah dari anggapan seperti inilah yang menjadikan Book Shaming lahir. Buku adalah sebuah karya seni bagi aku, bagaimana
sebuah ide berubah menjadi kumpulan kata-kata yang memberikan kita pengetahuan.
Ada seni terlahir dari proses itu. Proses dimana penulis mengungkapkan apa yang
ada dipikirannya lalu mencoba memasuki pikiran para pembaca dan menilai apakah
ini layak untuk diterima. Dari sini saja butuh proses yang panjang, lalu
bagaimana bisa kita mengukur sebuah buku baik tidaknya berdasarkan siapa
pembuatnya. Semua penulis toh memiliki caranya masing-masing bagaimana
menyampaikan ceritanya, masing-masing dari kita pun memiliki pilihan bacaan
yang berbeda. Jangan justru ini menjadi
ajang gengsi kita. Apabila kalian masih ada pada anggapan ini, berhentilah! Ini
menjadi tanda ketidakdewasaan kalian menerima ketidaksamaan.
3. Mengkotak-kotakkan pembaca
Seperti yang terjadi di kisahku
dulu, aku dianggap tidak cocok membaca majalah anak dengan status aku yang
masih duduk di bangku SMP. Padahal itu normal sekali. Bagi kalian yang suka
mengkotak-kotakkan pembaca berdasarkan gender, usia, genre please stop! coba dari
kita masing-masing open minded terhadap masalah ini. Tidak apa-apa kok anak
sastra juga membaca buku kesehatan, tidak apa-apa kok anak SMA membaca buku
panas dinginnya perpolitikan. Tidak apa-apa kita yang sudah besar ini membaca
buku anak-anak. Bukankah akan lebih baik jika kita tahu banyak hal?
Dari ketiga ciri diatas semoga
kalian tidak merasa ya sebagai pelaku, kalaupun merasa pernah melakukan itu ya
berhenti. Tidak ada cara lain, semua orang berhak memilih buku bacaan yang dipilih
asalnya berlandaskan dengan kebenaran dan kesesuaian. Jangan saja masih
anak-anak membaca hal yang tak pantas atau membaca yang belum umurnya. Dari apa
yang aku tulis ini, aku jadi punya anggapan bahwa wajar saja minat baca Indonesia
rendah, lha wong kita baca saja masih dikomentari. Menentukan pilihan apa yang
kita baca saja kita tidak berani. Semoga kita bisa saling menghargai apapun
pilihan orang lain, mereka manusia sama seperti kita yang berhak memilih
bacaannya sesuai seleranya. Jangan sampai kehadiran kita justru membuat orang
lain merasa tidak nyaman. Sesama pembaca masak iya tidak ada toleransi? tidak ada
menghargai? masak pasanganmu terus yang kamu istimewakan :D oh ya bagi kalian
yang menjadi korban Book Shaming
lebih beranilah untuk bicara jangan seperti aku yang dulu malah lari dari
hobi. Beritahu mereka kalau tindakan mereka itu salah atau bisa kalian
rekomendasi tulisan aku ini hehehe.
Oh iya beberapa hari lalu aku membeli
tabloid Fantasi bukan edisi terbaru melainkan edisi 453 minggu keempat Agustus
2002. Memang jadul tapi itu membangkitkan semangatku untuk membaca kembali. Pikiranku
seperti dibawa kembali dimasa lalu. Untuk kalian yang semangat membacanya sama
seperti aku turun naik, bisa dicoba deh kembali menelusuri apa sebenarnya
bacaan yang kamu sukai, yang itu bisa membuatmu sampai lupa waktu. Rasanya sudahi
ya cuap-cuap ku ini, semoga masuk kehati kalian dan bisa dibagikan keteman-teman
yang lain. Kalian juga bisa lho berbagi pengalaman apakah pernah menjadi korban
Book Shaming dan berbagi tips
bagaimana kalian menghadapinya.
Terimakasih waktunya untuk membaca.
By by….
Komentar
Posting Komentar